Linguistik Terapan dan Evaluasi Pengajaran Bahasa
Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik Terapan
Oleh
Kelompok VI
MUSLIMAH INDRAWATI SULEMAN
FITRIA RANRENG RAMLI S. ENGKE
SUTRI UNON OBE MOH. AGUS
Kelas D Semester VI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
Linguistik Terapan dan Evaluasi Pengajaran Bahasa
Linguistik Terapan Dan Pembelajaran Bahasa Mengenai kaitan linguistik terapan dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa. Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan sebaik-baiknya. Sarana pelayanan itu adalah suatu disiplin baru yang disebut linguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran bahasa linguistik terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada:
1. Butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan
2. Berbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik.
2. Berbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik.
Secara lebih transparan, Ramelan menjelaskan tentang kegunaan linguistik terhadap pengajaran bahasa, antara lain:
1. Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk didalamnya pendekatan, metode dan teknik.
2. Memberi arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang didasarkan pada diskripsi bahasa yang mendetail, termasuk cara mempresentasikan.
Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian. Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa. Ini mungkin tidak dapat dilepaskan dari sikap Chomsky sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah menyatakan dalam suatu konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak pernah bermaksud menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran bahasa (linguists never intended to address themselves to thee problem of teaching a language) Meskipun demikian, banyak penganut tranformasional yang percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri seseorang (salah satu tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran bahasa, misalnya dengan melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang sedang mereka pelajari.
Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian. Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa. Ini mungkin tidak dapat dilepaskan dari sikap Chomsky sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah menyatakan dalam suatu konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak pernah bermaksud menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran bahasa (linguists never intended to address themselves to thee problem of teaching a language) Meskipun demikian, banyak penganut tranformasional yang percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri seseorang (salah satu tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran bahasa, misalnya dengan melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang sedang mereka pelajari.
Sementara kesepakatan linguis struktural tentang peranan linguistik terhadap pengajaran bahasa, juga tidak terlepas dari sikap Bloomfield. Disamping dia seorang linguis, dia juga seorang yang ahli di bidang pengajaran bahasa. Hal ini ditunjukkan dari perhatiannya yang besar terhadap pengajaran bahasa-bahasa modern. Bahkan dia sangat mengkritik penggunaan metode tata bahasa terjemahan (grammar-translation method). Menurutnya tujuan utama pengajaran bahasa asing harus didasarkan pada penguasaan oral bahasa tersebut. Dari sini lahir suatu pendekatan yang terkenal dengan “Oral-Aural Approach”
HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN
HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN
Kegiatan Belajar
1. Pengertian Tes, Pengukuran, dan Penilaian Kegiatan belajar ini memberi pengertian yang tepat mengenai tes, pengukuran, dan penilaian, sehingga pemakaian istilah yang salah kaprah dapat Anda perbaiki. Pelaksanaan pengukuran dan penilaian sejak awal perkembangan kebudayaan manusia sudah terjadi, namun pengembangan alat ukur (tes) yang layak dipercaya belum terjadi sebelum abad kedua puluh. Pengembangan alat ukur harus didasarkan pada tujuan pembelajaran, dan tujuan pembelajaran tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional.
Alat ukur, pengukuran, dan penilaian yang dikembangkan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan berdampak pada pemberian bantuan yang tepat kepada peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas Manusia Indonesia
Kegiatan Belajar
Alat ukur, pengukuran, dan penilaian yang dikembangkan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan berdampak pada pemberian bantuan yang tepat kepada peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas Manusia Indonesia
Kegiatan Belajar
2. Pengelompokan Alat Ukur Kegiatan belajar kedua ini membicarakan alat ukur yang digunakan dalam penilaian yaitu alat ukur tes dan non-tes. Pengelompokan tes didasarkan pada jawaban yang diharapkan yaitu mulai dari jawaban yang tertutup sampai dengan jawaban yang terbuka. Atas dasar pengelompokan tersebut dalam pendidikan dikenal tes objektif, tes jawaban singkat, tes penyelesaian masalah, dan tes uraian. Masing-masing bentuk tes ini memiliki ragam. Untuk tes objektif pilihan ganda ragamnya adalah 5 yaitu melengkapi pilihan, hubungan sebab akibat, analisis kasus, melengkapi kompleks (berganda) dan membaca gambar/grafik/tabel/diagram. Sedangkan tes uraian ragamnya uraian terbatas/terpimpin/ tertutup dan uraian terbuka. Bentuk yang di sebutkan di ataslah yang banyak digunakan di sekolah untuk mengukur kemampuan berpikir.
Alat ukur untuk menentukan kemampuan dalam ranah afektif dan psikomotor digunakan format observasi, angket, dan wawancara. Format observasi sangat banyak ragamnya, masing-masing disesuaikan dengan tujuan observasi, waktu yang tersedia dan tersedianya pelaksana (SDM) yang sesuai. Kualitas hasil penilaian tergantung pada prosedur pemilihan yang ditempuh, teknik pelaksanaan yang dipilih dan pendekatan penilaian yang digunakan.
A. Hakikat Evaluasi
1. Evaluasi di sini terdiri atas:
Evaluasi adalah : memberikan penilaian yang bersifat kualitatif.
Pengukuran : proses untuk mendapatkan pemerian kuantitatif,
yaitu mengenal tinggi rendahnya taraf pencapaian
hasil seseorang dalam suatu perilaku tertentu.
Tes : salah satu jenis ukur
2. prinsip umum evaluasi
Adapun prinsip-prinsip tersebut dipaparkan pada-bagiannya yaitu perlu disadari bahwa dalam proses belajar-mengajar, tujuan utama evaluasi ialah memperbaiki dan/atau meningkatkan hasil belajar. Karena itu dalam proess evaluasi, langkah yang pertama ialah menentukan serta menjelaskan tujuannya, yaitu dengan memberikan basil belajar yang akan diukur. Perlu ditambahkan bahwa pemerian itu hendaknya dilakukan secara rinci.
B. Alat-alat Evaluasi dalam Pengajaran
1. Tes Menyimak
Tes menyimak yang dimaksud dapat dilihat dari contoh di bawah ini:
Kemampuan menyimak bersifat reseptif; siswa memahami pesan yang dikomunikasikan secara lisan. Kemampuan ini pada dasarnya lebih bersifat kognitif. Pada jenjang yang lebih tinggi dapat dideskripsikan sebagai kemampuan “menganalisis suatu pesan yang disampaikan secara lisan”, “menyimpulkan sejumlah pesan yang dikomunikasikan melalui rekaman.”
Kemampuan menyimak bersifat reseptif; siswa memahami pesan yang dikomunikasikan secara lisan. Kemampuan ini pada dasarnya lebih bersifat kognitif. Pada jenjang yang lebih tinggi dapat dideskripsikan sebagai kemampuan “menganalisis suatu pesan yang disampaikan secara lisan”, “menyimpulkan sejumlah pesan yang dikomunikasikan melalui rekaman.”
2. Tes Berbicara
Conto wacana dalam tes berbicara yaitu… Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, yang tidak hanya mencakup persoalan ucapan/lafal dan intonasi. Berbicara di dalam bahasa apa pun selalu menyangkut pemakaian ungkapan ‘idiom’ serta berbagai unsur bahasa dan nonbahasa. Karena itu evaluasi keterampilan ini seringkali menimbulkan kesulitan bagi guru. Aspek-aspek yang dinilai melalui tes berbicara mencakup ketepatan lafal, kejelasan ucapan, kelancaran, dan intonasi.
3. Tes Membaca
Contoh tes membaca dapat dilihat pada wacana berikut…
Sesuai dengan pengajaran membaca di SD, dalam hal ini tes membaca dibedakan sebagai tes membaca permulaan dan tes membaca pemahaman/lanjut. Tes membaca permulaan diadakan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa dalam mengenal dan menyuarakan lambang-lambang bunyi dalam hubungan kalimat dengan intonasi yang wajar. Untuk memberikan nilai dapat digunakan pedoman penilaian seperti untuk kemampuann berbicara, dengan aspek-aspek yang dinilai: lafal, frasing, kelancaran, perhatian terhadap tanda baca, dan intonasi. Tes ini bersifat individual
4. tes kosakata
Tes ini diadakan untuk mendapatkan informasi tentang penguasaan kosakata siswa. Tes ini kerap kali dikaitkan dengan kemampuan membaca (memahami makna kata dalam konteks kalimat/wacana) dan menulis (menggunakan kata sesuai dengan asas ketepatan dan kesesuaian). Berikut ini dikemukakan beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam kosakata.
a. Prosedur Kelas
Tes ini juga dapat digunakan untuk mengatahui penguasaan kosakata siswa.
b. Melengkapi Kalimat
Tes ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Siswa diminta melengkapi kalimat dengan kata yang tepat. Dalam hal ini tes pilihan ganda akan lebih memudahkan penilaian.
c. Menamai Gambar Kepada siswa diberikan gambar yang mencakup sejumlah objek. Siswa diminta memberi nama objek-objek tersebut.
d . Antonim
Kepada siswa diberikan sejumlah kata. Mereka harus memilih antonimnya. Bentuk tes dapat berupa pilihan ganda atau menjodohkan.
e. Padanan Data dalam Bahasa Ibu
Tes ini tentunya hanya dapat dilakukan kepada kelompok yang mempunyai bahasa ibu yang sama (di daerah). Kepada mereka diberikan sejumlah kata dalam bahasa daerah dan mereka harus menyebutkan (lisan, individual) atau menuliskan (tertulis, klasikal) padanannya dalam bahasa Indonesia.
5. tes struktur Untuk mengevaluasi kemampuan siswa, dalam hal struktur, dapat digunakan berbagai cara dan bentuk tes yaitu….
a. Mengubah Pola Kalimat
Kepada siswa diberikan kalimat dalam pola tertentu dan siswa diminta mengubahnya ke dalam pola lain. Misalnya, dari kalimat berita diubah menjadi beberapa jenis kalimat tanya, atau kalimat perintah, permintaan, harapan, bentuk pasif dan sebagainya. Dalam hal ini bentuk tes yang sering digunakan ialah pilihan ganda atau esei terbatas.
b. Menggunakan Kata
Tugas Siswa diminta untuk melengkapi kalimat dengan kata tugas yang tepat.
c. Menggunakan Kata Ganti
Kepada siswa diberikan kalimat-kalimat yang menyatakan hubungan kepunyaan. Siswa diminta mengubah atau melengkapi dengan menggunakan kata ganti kepunyaan -ku -mu, dan -nya.
6. tes menulis
Tes menulis di sini dapat dibagi atas beberapa bentuk dalam penilaian yaitu….
a. Penguasaan Lambang Bunyi
Untuk mengetahui penguasaan siswa mengenai lambang bunyi. Guru mengungkapkan kalimat sederhana/pendek yang mengandung bunyi yang lambangnya telah diajarkan dengan tingkat kecepatan rendah. Pengucapan dilakukan dua atau tiga kali. Siswa diminta menuliskannya pada kertas lembar jawaban. Secara teknis, ini dapat dilaksanakan sebagai jumlah kata-kata lepas, jumlah dalam konteks kalimat, dan jumlah penuh.
b. Penguasaan Ejaan dart Tanda Baca Sama halnya dengan evaluasi tentang penguasaan lambang bunyi, evaluasi tentang tanda baca tidak dapat dilepaskan dari pemahamannya dalam kalimat atau paragraf. Untuk mengetahui penguasaan siswa dalam hal ini, dapat digunakan teknik jumlah, pilihan ganda, atau perbaikan ejaan yang salah.
b. Penguasaan Ejaan dart Tanda Baca Sama halnya dengan evaluasi tentang penguasaan lambang bunyi, evaluasi tentang tanda baca tidak dapat dilepaskan dari pemahamannya dalam kalimat atau paragraf. Untuk mengetahui penguasaan siswa dalam hal ini, dapat digunakan teknik jumlah, pilihan ganda, atau perbaikan ejaan yang salah.
c. Kemampuan Memilih Kata
Tes dalam hal ini sebenarnya merupakan semacam tes kosakata. Tetapi, di sini yang ditekankan ialah bukan pengertian siswa tentang makna kata, melainkan kemampuan siswa dalam menggunakan/memilih kata secara tepat. Dalam konteks kalimat, siswa diminta melengkapi kalimat dengan kata yang tepat. Dalam konteks yang lebih besar (paragraf) siswa diminta mengisi kata-kata yang dihilangkan.
d. Kemampuan Mengarang sebagai Sarana Komunikasi Seperti telah diketahui, kemampuan mengarang merupakan kemampuan yang kompleks. Untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam hal ini dapat digunakan beberapa cara. Di sini hanya akan dibicarakan beberapa cara yang cocok untuk diterapkan di SD.
DAFTAR RUJUKAN
Alwasilah, A.Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar