Surat Cinta Terindah
Muslima
Sore itu terasa
bercahaya dengan ribuan malaikat yang mengelilingi kami. Kerinduan yang telah
memuncak, seolah meredah saat kami dipertemukan dalam satu rumpun. Ada rasa
bahagia, dan haru yang telah berbaur
bersama uraian senyuman yang tak akan pernah memudar. Aku berharap senyum itu,
untuk hari ini, esok, dan untuk selamanya. Kupandangi wajah-wajah itu dengan
penuh kasih. Jiwa seolah menyatu dalam suasana yang seketika hening. Wajah yang
yang seketika mewarnai seluruh sudut gelap dihatiku, menjadikannya benderang
dan penuh kedamaian.
Aku menangis dalam
tawa yang kian melepas kerinduan yang amat dalam. Sudah dua pekan ini, aku tak
bertemu sahabat-sahabatku. Hari ini kami menghabiskan waktu kurang lebih satu
jam, hanya untuk berbagi cerita dua pekan yang yang kami lewati kemarin.
Lathifah, Nur, Sri, dan Khumairah. Merekalah orang yang kuanggap paling dekat
denganku saat ini. Meski aku jauh dari keluarga, kehadiran mereka kuanggap
seperti keluarga di Universitas kehidupanku yang sedang kujalani. Ada
kebahagiaan yang tak dapat kulukiskan. Ingin kuhentikan waktu disini saja, agar
tak ada lagi duka.
Rumah Allah yang
menjadi saksi seolah ikut tersenyum melihat kami. Disini, tak ada lagi duka.
Rasa bahagia. Itulah perasaan yang hadir dari jiwa kami dengan tulus. Pikiranku
melayang melintasi tapak-tapak rindu akan hari yang tetap seperti hari ini.
Namun, kusadari, yang namanya hidup, ada namanya dinamika kehidupan. Jadi,
tidak akan mungkin jika semuanya akan tetap seperti ini. Harapanlah yang
membuat kita tetap hidup. Tidak ada salahnya kan?
Khumairah adalah
sahabatku yang sangat periang. Terkadang aku iri kepadanya. Sifatnya yang
begitu cuek dengan masalah orang lain, membuatku kurang hati. Melihatnya,
seolah seperti menelan semua dukaku. Aku bahkan merasa, dia adalah orang yang
tak punya masalah dalam hidup. Kusadari, rasa cintaku terlalu besar sehingga
mulutku tetap tak mampu mengatakannya. Astagfirullahaladzim…. Maafkan aku
saudariku, aku khilaf. Seharusnya aku tak berpikir seperti itu tentangmu.
Kutahu, sebesar apapun masalah kita, tidak akan dapat mengalahkan kebesaran
Allah dalam membayar semua masalah yang kita hadapi. So, am sorry.
Kata-kata itu
berkelana dalam otakku. Entah apa yang kulakukan saat itu. Tawa yang memecah
kesunyian, mengagetkanku. Aku pun turut tertawa dalam masalah yang kurang
kumengerti. Waktu terlalu singkat bagiku saat itu. Setelah kerinduan kami
terbayar, perpisahan itu kian berlalu. Langkahku segera menapaki lorong waktu menuju
rumah tercintaku.
Hari berlalu dan
terus berlalu. Tanpa pernah berpikir akan berhenti disatu titik. Aku pun turut
mengikuti permainannya. Sejak menjadi mahasiswa, aku lebih banyak menghabiskan
waktuku di majelis ilmu, perpustakaan, kelas kuliah, hot spot (tempat
bersantai, sambil belajar), Mushollah dan kamar yang kujadikan istana dalam
sudut hatiku.
Aku mulai lupa dengan
masalah keluargaku yang kian memuncak. Semuanya berawal dari rumah kami yang
harus dijual karena permasalahan ekonomi. Aku tak bisa berbuat banyak. Disisi
lain, aku juga membutuhkan biaya untuk menyelesaikan kuliahku. Tapi, aku juga
tidak sampai hati dengan semua yang telah diputuskan oleh orang tuaku.
Aku harus menjadi
kakak bagi kakak dan adik-adikku. Itulah yang selalu aku ingat. Setiap ada
masalah rumah, aku lah satu-satunya anak yang berhak tahu. Kakak dan adikku
tidak pernah mengerti alasan dari semua yang terjadi. Aku sebenarnya lelah.
Pikiranku terkadang menjadi labil. Tapi, aku berpikir bahwa, mama dan papa
masih percaya padaku. Sehingga dia ingin aku mengetahui semuanya. Disini tidak
ada dusta, walau terkadang ada luka. Seiring waktu, lukanya pasti akan sembuh
juga.
Semenjak belajar
agama lebih dalam, aku mulai mampu mengendalikan emosi. Aku bisa berubah secara
natural. Caraku dalam menghadapi masalah pun sudah terlihat dewasa. Berkumpul
bersama saudara-saudara yang amat sangat menyayangiku, membuatku mudah
melupakan semuanya. Terima kasih telah memberi energi cinta dalam setiap
langkahku.
Betapa indahnya.
Ketika kita terjatuh, ada yang akan memapah. Menghibur saat sedih, menyiapkan
makanan, bahkan menciptakan lelucon yang membuat kita tertawa geli. Aku pun
kini merasa tak sendiri. Di tempat yang terbilang baru bagiku, kini dapat
dengan mudah memberi aku banyak pelajaran yang berharga.
Hari ini aku ingin
mengirim surat cinta buat adikku. Meski aku tak dapat menakar cintanya. Tapi
itu lebih baik bagiku. Karenanya, cintaku padanya pun tak dapat kutakar .
Untuk Adikku yang kucintai
Assalamua’laikum wrb
Maaf, jika surat cintaku tak seindah cintamu padaku. Kuharap
kau dengan senang hati untuk meluangkan waktumu menengoknya.
Bagaimana kabarmu wahai adikku?
Bagaimana kabar Mama, Papa dan dik Dadang?
Semoga senantiasa dalam lindungannya. Masih ingatkah kau
suatu masa dimana kita hidup seatap. Kau selalu mengharapkan aku untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah. Padahal adikku tidak punya kesibukan
apa-apa. Mmmm...Bagiku semua itu tidak masalah. Hal itu terjadi karena engkau
masih percaya pada kakakmu ini kan?, kau masih percaya bahwa aku bisa
mengerjakan semuanya.
Sekarang tentu semuanya telah berbeda, jalan yang berbeda
teLah kita tempuh demi perjumpaan di satu titik bahagia. Aku selalu merindukan
hari itu adikku. Hari dimana nikmat iman dan islam dapat mempersatukan kita.
Hari dimana aku dan kalian semua berkumpul lagi. Di rumah kita yang entah
rimbanya dimana sekarang. Tapi, janganlah engkau bersedih. Karena segala
sesuatu yang menjadi milik kita sekarang adalah titipanNya, dan jika diambil
olehNya itu merupakan sunnahtullah.
Adikku, kak sangat merindukan kalian semuanya. Ka disini
hanya bertemankan Allah, cinta kalian, dan saudara-saudara yang menjadi
penyemangat hidup kakak. Tapi kak sangat bahagia karena masih punya waktu untuk
kalian. Meski hanya lewat tulisan yang sederhana ini, kak menyalurkan
kerinduan. Tapi harapan-harapan indah selalu terpatri dikedalaman jiwa ini.
Semoga kau masih mau mendengarkan sedikit keinginanku ini dik. Kak tahu,
sebagai kakak, mungkin belum bisa menjadi yang terbaik. Tapi kak selalu
berharap kau adalah adik terbaik yang kak miliki.
Tetaplah mensyukuri segala yang kita punya dikku. Karena
Allah tidak menyukai orang yang tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan
ok, ok._^_
Kak teringant firman Allah yang bunyinya kurang lebih
seperti ini :
La in Syakartum la-aziidannakum(jika kalian bersyukur ,
niscaya Aku akan menambah rezekimu)(QS. 14 ; 7)
Wa maa bikummin ni’matin faminALLAHi tsumma idzaa
massakumudllurru failaihi tajaruun (Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,
maka dari Allah-lah datangnya, dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan , maka
hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(QS . 16 ; 53)
Wa ammaa bini’mati rabbika fahaddits (Dan terhadap Nikmat
Tuhan-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)(QS . 93 ;
11)*
Betapa indahnya... janji-janji Allah. Dikku mau kan menjadi
hamba yang taat?
Kak yakin, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan sekarang.
Hari ini kaka sangat bahagia sekali, mau tau ngga kenapa?
Emmm... ka kurang yakin jika kamu turut merasakan apa yang kak rasakan saat
ini. Tapi, tidak apalah jika aku harus tetap menceritakannya padamu.
Dik, terkadang kehidupan ini bisa menjatuhkan kita. Tapi
kita masih bisa memilih bangkit ataukah tertidur untuk selamanya. Iya kan?
Hari ini, kak memasuki Universitas baru di peradaban
kehidupan yang abadi. Kak akan banyak belajar lagi bagaimana mencintai kalian
dan mencintaiNya. Kak sangat bersyukur karena diberi kesempatan untuk mengikuti
Sekolah Murobbi. Semoga kak bisa menjadi guru bagi anak-anak bangsa ini. Itulah
harapanku dik. Meski kusadari apa yang kulakukan saat ini, masih sangat sedikit
untuk mencapai semua itu. Tapi kak tetap ingin meraihnya. Do’akan kak ya,
semoga bisa menjadi murobbi sejati.
"HIDUP bukan sekadar menunggu mati meskipun ajal dan
maut tetap menanti". Hidup jangan terlalu memikirkan masa hadapan kerana
ia akan menjadi racun kepada pemikiran. Rebutlah seberapa banyak peluang yang
ada pada hari ini. Pastikan setiap saat yang berlalu tidak sia-sia.
Salam rindu dan sayang selalu.
Dari yang menyayangimu
Ayyatul
Ilmi
Semoga adikku hafsoh dapat mengerti tentang
kejadian yang kami alami dalam keluarga. Itulah yang bisa kulakukan untuk
menenangkannya saat ini. Aku rindu kalian adik-adikku.
Hari-hariku terus berlalu dan pergi.
Kesibukanku membuat semuanya berjalan baik-baik saja. Sekarang aku lebih banyak
bertukar pesan singkat dengan adikku. Lewat handphone tentunya. Dia mengatakan
bahwa
“surat
cinta yang membuatku terharu. Aku juga mencintaimu kak”
Rasa sedih dalam hati seolah telah sirna sudah.
Aku bisa berjalan bersama dengannya sekarang. Berjalan dalam waktu, dan cita
yang berbeda. Tapi, aku yakin setelah cita kami peroleh kami, akan menyatu
dalam cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar